KEPEMIMPINAN
DALAM
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan dalam sebuah manajemen pendidikan. Untuk itu perlu kiranya dibahas tentang pengertian kepemimpinan, teori kepemimpinan, tipe kepemimpinan, pengertian manajemen, dan kepemimpinan sehubungan dengan manajemen pendidikan.
Mengapa perlu ada pemimpin? Pemimpin diperlukan sedikitnya terdapat empat macam alasan, yaitu (a) karena banyak orang memerlukan figure pemimpin, (b) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, (c) sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan (d) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Literatur tentang kepemimpinan jumlahnya sangat banyak, dan definisi kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan itu sendiri. Namun penulis membatasi hanya beberapa saja yang ditampilkan.
Kepemimpinan (leadership) dapat didefinisikan sebagai proses yang berhubungan dengan kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang dari setiap individu dan kelompok (Ary gunawan, 2001: 1).
Senada dengan definisi di atas Stephen P Robin (2006 : 432) mendefinisikan “kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sasaran.”
Definisi ini didukung oleh Nurkolis (2005 :153) yang menyebutkan bahwa kepemimpinan difahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang.
Jadi menurut tokoh-tokoh tersebut di atas kepemimpinan adalah proses dari sebuah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok dalam mencapai suatu tujuan. Kata proses menandakan bahwa ada alur didalam sebuah kepemimpinan, dimana alur tersebut memiliki aturan-aturan tersendiri dalam mempengaruhi orang lain.
Dalam buku Gary Yukl yang berjudul Kepemimpinan Dalam Organisasi disebutkan bahwa “kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama” (2005 : 8).
Pendefinisian Gary Yukl tersebut mencakup upaya yang tidak hanya untuk mempengaruhi dan memfasilitsi pekerjaan kelompok atau organisasi yang sekarang tetapi definisi itu dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa semuanya dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan.
Gary Yukl memandang kepemimpinan sebagai peran khusus dan proses pemberian pengaruh secara sosial. Setiap orang dapat memerankannya, tetapi beberapa pembedaan peran diasumsikan terjadi dalam berbagai kelompok atau organisasi. Baik proses rasional maupun emosional ditinjau sebagai aspek yang esensial dalam kepemimpinan.
B. TEORI KEPEMIMPINAN
Teori tentang kepemimpinan terus berkembang, dan hingga kini setidaknya terdapat empat fase pendekatan. Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-sifat (trait) kepribadian umum yang dimiliki seorang pemimpin. Kedua, berdasarkan pendekatan tingkah laku (behaviour) pemimpin. Ketiga, berdasarkan pendekatan situasional (contingency). Keempat, pendekatan kembali kepada sifat atau ciri pemimpin yang menjadi acuan orang lain.
Hingga tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasakan pada teori sifat. Teori kepemimpinan sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.
Antara tahun 1940-an hingga 1960-an berkembang teori kepemimpinan tingkah laku. Teori kepemimpinan ini mengusulkan bahwa tingkah laku tertentu membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan. Oleh karena itu, untuk melahirkan pemimpin yang baik kita bisa mendesain sebuah program khusus.
Selanjutnya, antara tahun 1960-an hingga tahun 1970-an berkembang kajian-kajian kepemimpinan yang berdasarkan kepada teori kemungkinan. Teori kemungkinan atau situasional mendasarkan bukan pada sifat atau tingkah laku seorang pemimpin, melainkan efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi tertentu. Dalam situasi tertentu memerlukan gaya kepemimpinan tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan yang lain.
Teori kepemimpinan mutakhir berkembang antara tahun1970-an hingga tahun 2000-an. Teori yang berkembang selanjutnya tidak didasarkan pada sifat, tingkah laku atau situasi tertentu, tetapi didasarkan pada kemampuan lebih pada seorang pemimpin dibandingkan dengan yang lain. Yang termasuk ke dalam kajian teori kepemimpinan mutakhir adalah kepemimpinan atribusi, teori kepemimpinan kharismatik, teori kepemimpinn transformasional yang sering dibandingkan dengan teori kepemimpinan transaksional.
Teori kepemimpinan atribusi mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atribusi yang dibuat orang mengenai individu-individu lain. Sementara itu, teori kepemimpin kharismatik merupakan perpanjangan dari teori-teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi (penghubung) dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mengamati perilaku-perilaku yang membedakan pemimpin kharismatik dari padanan yang non kharismatik.
Kharismatik adalah kata Yunani yang berarti karunia diinspirasikan Illahi seperti kemampuan untuk memprediksi peristiwa-peristiwa di masa datang. Seorang pemimpin yang memiliki kharisma beerarti meemiliki pengaruh yang bukan didasarkan atas kewenangan, melainkan atas persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniai dengan kemampuan-kemampuan yang luar biasa.
Seorang pemimpin kharismatik memiliki tujuh karakteristik kunci, yaitu percaya diri, memiliki visi, memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan visi, memiliki pendirian yang kuat terhadap visinya, memiliki perilaku yang berbeda dari kebiasaan orang, merasa sebagai agen pembaru dan sensitif terhadap lingkungan.
Pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang memiliki pengaruh luar biasa pada organisasi. Berdasarkan teori House, pemimpin kharismatik memiliki tingkat kepercayaan diri, dominasi serta keyakinan yang sangat tinggi akan kebenaaran moral dan keyakinannya. House juga mngemukakan bahwa pemimpin kharismatik mengkomunikasikan visi atau sasaran lebih tinggi yang merebut komitmen dan energi para pengikutnya. Mereka secara hati-hati menciptakan citra keberhasilan dari kompetisi serta memberi contoh dalam tingkah laku dan nilai-nilai yang mereka dukung. Mereka juga mengkomunikasikan harapan yang tinggi untuk paa pengikutnya dan kepercayaan diri bahwa pengikutnya akan berprestasi mngikuti harapan tersebut.
Para pemimpin kharismatik memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, serta pendirian dalam keyakinan-keyakinan dalam cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pemimpin tersebut iuntuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasa pecaya diri dan pendirian yang kuat meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut.
Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegaskan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Sementara itu, dalam kepemimpinan transformasional seorang pemimpin memberikan pertimbangan dan ransangan intelektual yang diindividualkan, dan yang memiliki kharisma.
C. DEFINISI MANAJEMEN
Menurut ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen “Manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efisien dan efektif.”
Sedangkan menurut Parker Follet dalam Soebagio Atmodiwirio (2000 : 5) “Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang Lain.”
Hal senada yang dikemukakan oleh Sondang Siagian dalam Subagio Atmodiwirio (2000 : 5) “Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan seseorang untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.”
Jadi dapat kita simpulkan bahwa Manajemen adalah suatu senii kemampuan atau keterampilan merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi demi memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.
D. MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. (DR. Made Pidarta dalam Soebagio)
Yang dimaksud sumber daya adalah ketenagaan, dana, sarana dan prasarana termasuk informasi. Dengan demikian maka kemampuan seorang manajer memadukan sumber daya tersebut merupakan hal yang sangat penting. Dalam definisi ini tentu saja meliputi proses perencanaan pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian sebagai fungsi-fungsi manajemen. Bagaimana sumber daya direncanakan, diorganisasikan, diarahkan, dan dikendalikan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, Biro Perencanaan dalam Soebagio).
Manajemen pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengerahkan, dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif, dan menerima pertanggungjawaban pribadi untuk mencapai pengukuran hasil yang ditetapkan. (Richard, H. Hastrop dalam Soebagio).
Dalam manajemen selain penekanan, dipusatkan pada pencapaian fungsi-fungsi manajemen, dan hasil yang dapat diukur. Tujuan harus diformulasikan dengan suatu ukuran yang dapat dihitung sehingga jelas perbandingannya antara perencanaan dengan hasil yang dicapai atas dasar perencanaan. Dengan kata lain manajemen membutuhkan suatu standar sebagai alat ukur keberhasilan.
Administrasi pendidikan adalah koordinasi kegiatan alat untuk mencapai tujuan dan kegiatan yang menyertakan banyak orang.(soebagio A, 2000 : 23)
Dalam definisi ini kita melihat bahwa administrasi merupakan suatu proses yang mengkoordinasikan, menyertakan banyak orang, menggunakan alat. Proses yang berkaitan denan fungsi pembuat keputusan, perencanaan, kepemimpinan, pengkoordinasia, dan pengendalian.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mempelajari administrasi pendidikan:
Pendekatan tugas (man on the job), suatu pendekatan dengan mengumpulkan informasi tentang yang dilakuka administrator terhadap pekerjaan mereka, serta aspek-aspek dari pekerjaan mereka yan dirasakan sebagai yang paling penting dalam menjalankan sekolahnya dengan baik.
Pendekatan proses, melihat kegiatan dari segi fungsi-fungsi administrasi, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
E. KEPEMIMPINAN SEHUBUNGAN DENGAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pemimpin dalam dunia pendidikan adalah Kepala Sekolah. Kepala Sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah. Ia adalah pejabat yang ditugaskan untuk mengelola sekolah. (Depdikbud)
Berdasarkan analisis tugas seorang kepala sekolah mempunyai dua peran(Soebagio Atmiwirio : 2000):
1. Menekankan kepada administratif manajerial
2. Menekankan kepada kepemimpinan pengajaran.
Dari kedua peran itu dalam kegiatan sehari-hari kepala sekolah lebih banyak melaksanakan tugas administratif manajerial. Peran itu lebih banyak menyita waktu dari pada pelaksanaan tugas sebagai pengajar.
Untuk menjadi menurut Soebagio Atmowirio (2000 : 162) seorang kepala sekolah yang efektif diperlukan adanya lima keterampilan administrasi dan kompetensi sebagai berikut:
Keterampilan tekhnis, meliputi pengetahuan khusus dan keahlian pada suatu kegiatan khusus yang berkaitan dengan fasilitas, yaitu dalam cara penggunaan alat, dan tekhnik pelaksanaan kegiatan.
Keterampilan hubungan manusia, berkaitan dengan kerja sama dengan orang lain. Kemampuan untuk memberikan bantuan dan bekerja sama dengan orang lain, maupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi (sekolah yang lebih efektif dan efisien).
Keterampilan membuat konsep (konsepsional, kemampuan untuk merangkum menjadi satu lembaga bentuk gagasan atau ide-ide melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan situasi yang relevan dengan organisasi itu.
keterampilan pendidikan dan pengajaran, meliputi penguasaan pengetahuan tentang belajar-mengajar.
Keterampilan kognitif, meliputi kemampuan dan pengetahuan yang bersifat intelektual.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh para pakar dari universitas Ohio dinyatakan bahwa tugas seorang kepala sekolah sebagai administrator sekolah adalah:
1. Menetapkan tujuan
2. membuat kebijakan
3. menentukan peran
4. mengkoordinasikan fungsi-fungsi administratif
5. menaksir efektivitas
6. bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk meningkatkan perbaikan dalam pendidikan
7. menggunakan sumber-sumber pendidikan dari masyarakat
8. melibatkan orang
9. melakukan komunikasi
Di samping keterampilan ini kepala sekolah juga diwajibkan memenuhi atau memiliki kompetensi sebagai seorang kepala sekolah seperti berikut:
1. Komitmen terhadap misi sekolah, dan berkepentingan untuk menjadikan gambaran positif bagi seolahnya. Membantu mengidentifikasikan nilai-nilai, tujuan, dan misi sekolah. Menyampaikan suatu model perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai, dan mendorong staf dan siswa melaksanakan gambaran yang positif tentang sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar.
2. Orientasi kepemimpinan pro aktif. Adanya kebebasan untuk menyampaikan usulan-usulan, ide-ide dalam rangka pencapaian tugas yang menciptakan perubahan bagi sekolah, dan mencapai tujuan sekolah.
3. Ketegasan (Decisiveness). Menunjukkan dirinya selalu siap untuk mengambil suatu keputusan, dan membuat suatu persiapan yang teliti, jelas untuk mencapai suatu keputusan serta yakin dan teguh dengan keputusannya.
4. Sensitif terhadap hubungan yang bersifat interpersonal dan organisasi
5. Mengumpulkan informasi, menganalisis pembentukan konsep.
6. Fleksibilitas intelektual (fleksibilitas konsepsi). Mampu menggunakan berbagai konsep, dan pandangan-pandangan dalam memecahkan masalah atau dalam mengambil keputusan.
7. Persuasif dan memanajemeni Interaksi (memanajemeni interaksi). Kemampuan menstimulasi orang lain untuk bekerja sama, dan berinteraksi dengan cara yang produktif dan positif. Mempunuai keterampilan dalam memecahkan konflik, mempersatukan kelompok untuk bekerja sama, membangun jaringan dukungan kerja bagi sekolah baik dari dalam maupun luar sekolah.
8. Kemampuan beradaptasi dengan taktis. Mampu menentukan dan memverbalkan rasionalisasi yang digunakan untuk memilih strategi terhadap pendengar, mampu menyesuaikan, dan menerima strategi yang berbeda jika satu pendekatan khusus tidak berhasil.
9. Motivasi dan perhatian terhadap pengembangan (motivasi keberhasilah). Menghargai kemampuan, potensi orang lain, dan menyatakan kepercayaannya terhadap hasil memuaskan yang dicapainya.
10. Kontrol dan Evaluasi (manajemen kontrol). Mengatur pemberian balikan terhadap hasil pekerjaannya secara periodik dan perencanaan yang tepat, penjadwalan, dan memonitor semua tugas-tugas yang didelegasikan.
11. Kemampuan berorganisasi dan pendelegasian (kemampuan berorganisasi). Pemanfaatan sumber daya manusia, dan sumber lainnya. Mengorganisasikan kegiatankegiatan kelompok agar perencanaan dapat diimplementasikan. Menetapkan prioritas, mereview tugas-tugas yang telah diselesaikan, dan merencanakan langkah yang tepat. Mendlegasikan kewenangan, dan kewajiban secara tepat dan jelas agar tujuan organisasi dapat tercapai.
12. Komunikasi (penyampaian gagasan secara pribadi). Mamapu menyampaikan gagasan secara jelas, baik melalui lisan maupun tulisan. Efektif menggunakan alat bantu visual, grafik, tekhnik, dan simbol-simbol, agar gagasan itu mencapai persetujuan.
Seorang Kepala Sekolah berbeda dengan dengan seorang pemimpin bisnis atau pemimpin kemasyarakatan lainnya. Seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi akan terjadinya perubahan agar ia mampu menyesuaikan diridengan keadaan sehingga organisasinya bisa survive.
Kepala Sekolah menghadapi situasi dan kondisi relatif stabil. Siswa tidak dapat dengan cepat berubah, mereka sangat tergantung kepada susunan atau program pengajaran yangtelah ditetapkan oleh pemerintah. Perubahan program pengajaran hanya terjadi bila pemerintah memulainya. Inilah yang merupakan masalah yang dihadapi oleh pemimpin pendidikan kepala sekolah.
Walaupun demikian kepala sekolah memerlukan hal-hal sebagai berikut:
· Mendasarkan dukungan dari lingkungan sekitarnya
· Membangun suatu sistem
· Komunikator yang baik, dan ahli pemasaran
· Membagi-bagi tugas pekerjaannya kepada guru
· Kemampuan memikirkan strategi untuk bekerja sama dengan sekitar atau melalui individu dan kelompok
· Bekerja dengan baik, melaksanakan tanggung jawab
· Pemimpin guru-guru.
DALAM
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan dalam sebuah manajemen pendidikan. Untuk itu perlu kiranya dibahas tentang pengertian kepemimpinan, teori kepemimpinan, tipe kepemimpinan, pengertian manajemen, dan kepemimpinan sehubungan dengan manajemen pendidikan.
Mengapa perlu ada pemimpin? Pemimpin diperlukan sedikitnya terdapat empat macam alasan, yaitu (a) karena banyak orang memerlukan figure pemimpin, (b) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, (c) sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan (d) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Literatur tentang kepemimpinan jumlahnya sangat banyak, dan definisi kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan itu sendiri. Namun penulis membatasi hanya beberapa saja yang ditampilkan.
Kepemimpinan (leadership) dapat didefinisikan sebagai proses yang berhubungan dengan kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang dari setiap individu dan kelompok (Ary gunawan, 2001: 1).
Senada dengan definisi di atas Stephen P Robin (2006 : 432) mendefinisikan “kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sasaran.”
Definisi ini didukung oleh Nurkolis (2005 :153) yang menyebutkan bahwa kepemimpinan difahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang.
Jadi menurut tokoh-tokoh tersebut di atas kepemimpinan adalah proses dari sebuah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok dalam mencapai suatu tujuan. Kata proses menandakan bahwa ada alur didalam sebuah kepemimpinan, dimana alur tersebut memiliki aturan-aturan tersendiri dalam mempengaruhi orang lain.
Dalam buku Gary Yukl yang berjudul Kepemimpinan Dalam Organisasi disebutkan bahwa “kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama” (2005 : 8).
Pendefinisian Gary Yukl tersebut mencakup upaya yang tidak hanya untuk mempengaruhi dan memfasilitsi pekerjaan kelompok atau organisasi yang sekarang tetapi definisi itu dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa semuanya dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan.
Gary Yukl memandang kepemimpinan sebagai peran khusus dan proses pemberian pengaruh secara sosial. Setiap orang dapat memerankannya, tetapi beberapa pembedaan peran diasumsikan terjadi dalam berbagai kelompok atau organisasi. Baik proses rasional maupun emosional ditinjau sebagai aspek yang esensial dalam kepemimpinan.
B. TEORI KEPEMIMPINAN
Teori tentang kepemimpinan terus berkembang, dan hingga kini setidaknya terdapat empat fase pendekatan. Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-sifat (trait) kepribadian umum yang dimiliki seorang pemimpin. Kedua, berdasarkan pendekatan tingkah laku (behaviour) pemimpin. Ketiga, berdasarkan pendekatan situasional (contingency). Keempat, pendekatan kembali kepada sifat atau ciri pemimpin yang menjadi acuan orang lain.
Hingga tahun 1940-an kajian tentang kepemimpinan didasakan pada teori sifat. Teori kepemimpinan sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.
Antara tahun 1940-an hingga 1960-an berkembang teori kepemimpinan tingkah laku. Teori kepemimpinan ini mengusulkan bahwa tingkah laku tertentu membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan. Oleh karena itu, untuk melahirkan pemimpin yang baik kita bisa mendesain sebuah program khusus.
Selanjutnya, antara tahun 1960-an hingga tahun 1970-an berkembang kajian-kajian kepemimpinan yang berdasarkan kepada teori kemungkinan. Teori kemungkinan atau situasional mendasarkan bukan pada sifat atau tingkah laku seorang pemimpin, melainkan efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi tertentu. Dalam situasi tertentu memerlukan gaya kepemimpinan tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan yang lain.
Teori kepemimpinan mutakhir berkembang antara tahun1970-an hingga tahun 2000-an. Teori yang berkembang selanjutnya tidak didasarkan pada sifat, tingkah laku atau situasi tertentu, tetapi didasarkan pada kemampuan lebih pada seorang pemimpin dibandingkan dengan yang lain. Yang termasuk ke dalam kajian teori kepemimpinan mutakhir adalah kepemimpinan atribusi, teori kepemimpinan kharismatik, teori kepemimpinn transformasional yang sering dibandingkan dengan teori kepemimpinan transaksional.
Teori kepemimpinan atribusi mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atribusi yang dibuat orang mengenai individu-individu lain. Sementara itu, teori kepemimpin kharismatik merupakan perpanjangan dari teori-teori atribusi. Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi (penghubung) dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mengamati perilaku-perilaku yang membedakan pemimpin kharismatik dari padanan yang non kharismatik.
Kharismatik adalah kata Yunani yang berarti karunia diinspirasikan Illahi seperti kemampuan untuk memprediksi peristiwa-peristiwa di masa datang. Seorang pemimpin yang memiliki kharisma beerarti meemiliki pengaruh yang bukan didasarkan atas kewenangan, melainkan atas persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniai dengan kemampuan-kemampuan yang luar biasa.
Seorang pemimpin kharismatik memiliki tujuh karakteristik kunci, yaitu percaya diri, memiliki visi, memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan visi, memiliki pendirian yang kuat terhadap visinya, memiliki perilaku yang berbeda dari kebiasaan orang, merasa sebagai agen pembaru dan sensitif terhadap lingkungan.
Pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang memiliki pengaruh luar biasa pada organisasi. Berdasarkan teori House, pemimpin kharismatik memiliki tingkat kepercayaan diri, dominasi serta keyakinan yang sangat tinggi akan kebenaaran moral dan keyakinannya. House juga mngemukakan bahwa pemimpin kharismatik mengkomunikasikan visi atau sasaran lebih tinggi yang merebut komitmen dan energi para pengikutnya. Mereka secara hati-hati menciptakan citra keberhasilan dari kompetisi serta memberi contoh dalam tingkah laku dan nilai-nilai yang mereka dukung. Mereka juga mengkomunikasikan harapan yang tinggi untuk paa pengikutnya dan kepercayaan diri bahwa pengikutnya akan berprestasi mngikuti harapan tersebut.
Para pemimpin kharismatik memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, serta pendirian dalam keyakinan-keyakinan dalam cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pemimpin tersebut iuntuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasa pecaya diri dan pendirian yang kuat meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut.
Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegaskan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Sementara itu, dalam kepemimpinan transformasional seorang pemimpin memberikan pertimbangan dan ransangan intelektual yang diindividualkan, dan yang memiliki kharisma.
C. DEFINISI MANAJEMEN
Menurut ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen “Manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efisien dan efektif.”
Sedangkan menurut Parker Follet dalam Soebagio Atmodiwirio (2000 : 5) “Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang Lain.”
Hal senada yang dikemukakan oleh Sondang Siagian dalam Subagio Atmodiwirio (2000 : 5) “Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan seseorang untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.”
Jadi dapat kita simpulkan bahwa Manajemen adalah suatu senii kemampuan atau keterampilan merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi demi memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.
D. MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. (DR. Made Pidarta dalam Soebagio)
Yang dimaksud sumber daya adalah ketenagaan, dana, sarana dan prasarana termasuk informasi. Dengan demikian maka kemampuan seorang manajer memadukan sumber daya tersebut merupakan hal yang sangat penting. Dalam definisi ini tentu saja meliputi proses perencanaan pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian sebagai fungsi-fungsi manajemen. Bagaimana sumber daya direncanakan, diorganisasikan, diarahkan, dan dikendalikan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, Biro Perencanaan dalam Soebagio).
Manajemen pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengerahkan, dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif, dan menerima pertanggungjawaban pribadi untuk mencapai pengukuran hasil yang ditetapkan. (Richard, H. Hastrop dalam Soebagio).
Dalam manajemen selain penekanan, dipusatkan pada pencapaian fungsi-fungsi manajemen, dan hasil yang dapat diukur. Tujuan harus diformulasikan dengan suatu ukuran yang dapat dihitung sehingga jelas perbandingannya antara perencanaan dengan hasil yang dicapai atas dasar perencanaan. Dengan kata lain manajemen membutuhkan suatu standar sebagai alat ukur keberhasilan.
Administrasi pendidikan adalah koordinasi kegiatan alat untuk mencapai tujuan dan kegiatan yang menyertakan banyak orang.(soebagio A, 2000 : 23)
Dalam definisi ini kita melihat bahwa administrasi merupakan suatu proses yang mengkoordinasikan, menyertakan banyak orang, menggunakan alat. Proses yang berkaitan denan fungsi pembuat keputusan, perencanaan, kepemimpinan, pengkoordinasia, dan pengendalian.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mempelajari administrasi pendidikan:
Pendekatan tugas (man on the job), suatu pendekatan dengan mengumpulkan informasi tentang yang dilakuka administrator terhadap pekerjaan mereka, serta aspek-aspek dari pekerjaan mereka yan dirasakan sebagai yang paling penting dalam menjalankan sekolahnya dengan baik.
Pendekatan proses, melihat kegiatan dari segi fungsi-fungsi administrasi, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
E. KEPEMIMPINAN SEHUBUNGAN DENGAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pemimpin dalam dunia pendidikan adalah Kepala Sekolah. Kepala Sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah. Ia adalah pejabat yang ditugaskan untuk mengelola sekolah. (Depdikbud)
Berdasarkan analisis tugas seorang kepala sekolah mempunyai dua peran(Soebagio Atmiwirio : 2000):
1. Menekankan kepada administratif manajerial
2. Menekankan kepada kepemimpinan pengajaran.
Dari kedua peran itu dalam kegiatan sehari-hari kepala sekolah lebih banyak melaksanakan tugas administratif manajerial. Peran itu lebih banyak menyita waktu dari pada pelaksanaan tugas sebagai pengajar.
Untuk menjadi menurut Soebagio Atmowirio (2000 : 162) seorang kepala sekolah yang efektif diperlukan adanya lima keterampilan administrasi dan kompetensi sebagai berikut:
Keterampilan tekhnis, meliputi pengetahuan khusus dan keahlian pada suatu kegiatan khusus yang berkaitan dengan fasilitas, yaitu dalam cara penggunaan alat, dan tekhnik pelaksanaan kegiatan.
Keterampilan hubungan manusia, berkaitan dengan kerja sama dengan orang lain. Kemampuan untuk memberikan bantuan dan bekerja sama dengan orang lain, maupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi (sekolah yang lebih efektif dan efisien).
Keterampilan membuat konsep (konsepsional, kemampuan untuk merangkum menjadi satu lembaga bentuk gagasan atau ide-ide melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan situasi yang relevan dengan organisasi itu.
keterampilan pendidikan dan pengajaran, meliputi penguasaan pengetahuan tentang belajar-mengajar.
Keterampilan kognitif, meliputi kemampuan dan pengetahuan yang bersifat intelektual.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh para pakar dari universitas Ohio dinyatakan bahwa tugas seorang kepala sekolah sebagai administrator sekolah adalah:
1. Menetapkan tujuan
2. membuat kebijakan
3. menentukan peran
4. mengkoordinasikan fungsi-fungsi administratif
5. menaksir efektivitas
6. bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk meningkatkan perbaikan dalam pendidikan
7. menggunakan sumber-sumber pendidikan dari masyarakat
8. melibatkan orang
9. melakukan komunikasi
Di samping keterampilan ini kepala sekolah juga diwajibkan memenuhi atau memiliki kompetensi sebagai seorang kepala sekolah seperti berikut:
1. Komitmen terhadap misi sekolah, dan berkepentingan untuk menjadikan gambaran positif bagi seolahnya. Membantu mengidentifikasikan nilai-nilai, tujuan, dan misi sekolah. Menyampaikan suatu model perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai, dan mendorong staf dan siswa melaksanakan gambaran yang positif tentang sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar.
2. Orientasi kepemimpinan pro aktif. Adanya kebebasan untuk menyampaikan usulan-usulan, ide-ide dalam rangka pencapaian tugas yang menciptakan perubahan bagi sekolah, dan mencapai tujuan sekolah.
3. Ketegasan (Decisiveness). Menunjukkan dirinya selalu siap untuk mengambil suatu keputusan, dan membuat suatu persiapan yang teliti, jelas untuk mencapai suatu keputusan serta yakin dan teguh dengan keputusannya.
4. Sensitif terhadap hubungan yang bersifat interpersonal dan organisasi
5. Mengumpulkan informasi, menganalisis pembentukan konsep.
6. Fleksibilitas intelektual (fleksibilitas konsepsi). Mampu menggunakan berbagai konsep, dan pandangan-pandangan dalam memecahkan masalah atau dalam mengambil keputusan.
7. Persuasif dan memanajemeni Interaksi (memanajemeni interaksi). Kemampuan menstimulasi orang lain untuk bekerja sama, dan berinteraksi dengan cara yang produktif dan positif. Mempunuai keterampilan dalam memecahkan konflik, mempersatukan kelompok untuk bekerja sama, membangun jaringan dukungan kerja bagi sekolah baik dari dalam maupun luar sekolah.
8. Kemampuan beradaptasi dengan taktis. Mampu menentukan dan memverbalkan rasionalisasi yang digunakan untuk memilih strategi terhadap pendengar, mampu menyesuaikan, dan menerima strategi yang berbeda jika satu pendekatan khusus tidak berhasil.
9. Motivasi dan perhatian terhadap pengembangan (motivasi keberhasilah). Menghargai kemampuan, potensi orang lain, dan menyatakan kepercayaannya terhadap hasil memuaskan yang dicapainya.
10. Kontrol dan Evaluasi (manajemen kontrol). Mengatur pemberian balikan terhadap hasil pekerjaannya secara periodik dan perencanaan yang tepat, penjadwalan, dan memonitor semua tugas-tugas yang didelegasikan.
11. Kemampuan berorganisasi dan pendelegasian (kemampuan berorganisasi). Pemanfaatan sumber daya manusia, dan sumber lainnya. Mengorganisasikan kegiatankegiatan kelompok agar perencanaan dapat diimplementasikan. Menetapkan prioritas, mereview tugas-tugas yang telah diselesaikan, dan merencanakan langkah yang tepat. Mendlegasikan kewenangan, dan kewajiban secara tepat dan jelas agar tujuan organisasi dapat tercapai.
12. Komunikasi (penyampaian gagasan secara pribadi). Mamapu menyampaikan gagasan secara jelas, baik melalui lisan maupun tulisan. Efektif menggunakan alat bantu visual, grafik, tekhnik, dan simbol-simbol, agar gagasan itu mencapai persetujuan.
Seorang Kepala Sekolah berbeda dengan dengan seorang pemimpin bisnis atau pemimpin kemasyarakatan lainnya. Seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi akan terjadinya perubahan agar ia mampu menyesuaikan diridengan keadaan sehingga organisasinya bisa survive.
Kepala Sekolah menghadapi situasi dan kondisi relatif stabil. Siswa tidak dapat dengan cepat berubah, mereka sangat tergantung kepada susunan atau program pengajaran yangtelah ditetapkan oleh pemerintah. Perubahan program pengajaran hanya terjadi bila pemerintah memulainya. Inilah yang merupakan masalah yang dihadapi oleh pemimpin pendidikan kepala sekolah.
Walaupun demikian kepala sekolah memerlukan hal-hal sebagai berikut:
· Mendasarkan dukungan dari lingkungan sekitarnya
· Membangun suatu sistem
· Komunikator yang baik, dan ahli pemasaran
· Membagi-bagi tugas pekerjaannya kepada guru
· Kemampuan memikirkan strategi untuk bekerja sama dengan sekitar atau melalui individu dan kelompok
· Bekerja dengan baik, melaksanakan tanggung jawab
· Pemimpin guru-guru.